PINJOL DAN JUDOL BIKIN DAYA BELI LEMAH

pinjol dan judol bikin daya beli menurun

Pinjaman dan judol bikin daya beli lemah Pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol) disebut menjadi penyebab menurunnya daya beli masyarakat. Hal ini diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiaatmadja. Marak pinjol ini bahkan membuat banyak orang melakukan pinjaman di lebih dari satu platform. Menurutnya satu orang bisa menggunakan 20 platform pinjol.

“Karena sederhana sekali, kalau saya kasih KTP langsung bisa pinjam. Legal atau ilegal? Nasabah atau masyarakat ingin tahu. Yang penting saya dapat pinjaman. Ya, saya bisa bayar. untuk itu. Bisa mulai dari Rp 500.000, Rp 1 juta, Rp 2 juta. Tapi kenapa dia bermain? “Ini soal menggali lubang dan menutup lubang,” ujarnya saat peluncuran BCA UMKM Fest di Kota Casablanca Trade Center, Jakarta Selatan, Rabu (7/8/2024).

Namun gaya hidup seperti itu membuat masyarakat kehilangan harapan karena sulit melunasi utangnya. Di sisi lain, mereka juga perlu memenuhi kebutuhan dasarnya. “Dulu orang mudah ambil pinjaman, tapi tidak bayar. Artinya, mereka tidak punya pinjaman berdasarkan pendapatan sebenarnya.

Untuk keperluan apa? Kita tidak tahu, untuk lain-lain. Saat ini, masyarakat hidup dalam keputusasaan,” jelasnya. Namun keberadaan pinjol juga dipertegas oleh Otoritas Jasa Keuangan (FSO), khususnya pinjol ilegal. Sehingga saat ini keberadaan kacang pinus sudah semakin berkurang.

“Sekarang kalau kita lihat sudah jauh berkurang dan OJK melarang keras pinjaman non resmi. Ya, jadi saya kira ini juga perkembangan yang kadang tidak kita sadari,” jelasnya.

Setelah hadirnya pinjaman online, kini semakin berkembang pula game online yang membuat sebagian orang ketagihan. Masalah ini juga diperburuk di sektor perbankan karena dilaporkan banyak orang yang menggunakan transaksi melalui bank untuk bermain game online.

“Nah, begitulah sebutan game online. Itu yang sedang tren. Topik paling penting di pasar. Kita juga bicara tentang bank. Meskipun ada banyak cara untuk bermain online, tidak hanya perbankan. Ada e-commerce, ada e-wallet, ada juga uang tunai. “Masih banyak yang belum terungkap,” katanya.

Menurut Jahja, sejumlah aspek itulah yang saat ini menggerus daya beli masyarakat karena terbebani dengan gaya hidup tidak sehat yang berbasis pada pinjaman dan perjudian online. Penurunan daya beli masyarakat juga dirasakan oleh para pelaku ekonomi utama.

Sebenarnya bukan hanya kalangan menengah saja, beberapa hari yang lalu saya sempat makan siang bersama beberapa orang yang cukup penting. Mereka bilang, teman-teman kita suadh tidak ada, kalau kita bisnis hasilnya kalah alias rugi,” ujarnya.

Kesimpulan Pinjol dan Judol Bikin Daya Beli Lemah

Pinjol dan judol merupakan sesuatu yang tidak baik dan tidak sehat, terlebih saat kita tidak bisa mengontrol kekuangan kita. Saat kita melakukan pinjaman online, maka kita harus menghitung secara tepat, cara bayar pinjmana online yang telah kita ambil.  Sedangkan Judol merupakan judi online, banyak orang bermain untuk mendapatkan keuntungan dengan mempertaruhkan uang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih.

Namun terkadang ini yang menjadi dilema bagai setiap orang, saat dia mendapatkan kemenangan , maka berlomba untuk mendapatkan keuntungan lebih. Tapi saat kita kalah, kita tidak bisa kontrol. Sehingga kita mencari cara untuk bisa menang dalam bermain game online atau judi online. Hasilnya adalah anda kalah dan anda memiliki hutang.

Jadi jika anda mau ambil pinjaman online, pastikan anda mampu untuk melakukan pembayaran, sedangkan untuk bermain judi online. Jangan korbankan uang untuk keluarga atau meminjam uang dari luar. sehingga anda terlilit hutang. Berfikirlah bijaksaan dalam mengambil keputusan.

Baca Juga : 

Reff:  Pinjol dan Judi Online Bikin Daya Beli Masyarakat Lesu

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Fill out this field
Fill out this field
Please enter a valid email address.
You need to agree with the terms to proceed