Paylater: Solusi Instan atau Masalah Jangka Panjang?
Kemunculan fitur “bayar nanti” atau paylater telah mengubah cara belanja online. Layanan ini memungkinkan pengguna membeli barang atau jasa tanpa membayar langsung. Cukup sekali klik, lalu bayar dalam 30 hari atau cicilan 3–12 bulan.
Banyak anak muda kini mengandalkan paylater bukan karena darurat, tapi karena ingin terlihat “mampu”. Tapi, benarkah ini solusi atau justru jebakan keuangan baru?
Data Menunjukkan Tren Mengkhawatirkan
Menurut laporan dari perusahaan riset finansial, pengguna paylater di Indonesia meningkat lebih dari 250% sejak 2020. Yang mengejutkan, 70% pengguna aktifnya adalah usia 20–35 tahun. Dan dari kelompok ini, lebih dari separuh mengaku kesulitan melunasi tagihan bulanan tepat waktu.
Bahaya Psikologis dari Paylater
Di balik kemudahan dan kemewahan palsu, paylater punya dampak psikologis nyata:
Kecanduan belanja: Karena merasa tidak bayar saat itu juga.
Gaya hidup palsu: Ingin tampil wah, tapi semua hasil cicilan.
Stres dan kecemasan: Karena tagihan menumpuk tanpa terasa.
Harga diri jatuh: Saat gagal bayar dan harus diingatkan terus menerus.
Perbedaan Paylater vs Pinjol Biasa
Aspek | Paylater | Pinjol Biasa |
---|---|---|
Tujuan | Belanja konsumtif | Kebutuhan darurat |
Proses | Instan, terintegrasi e-commerce | Harus apply & disetujui |
Sifat | Tidak terasa seperti utang | Jelas pinjaman tunai |
Risiko | Terlilit gaya hidup | Terlilit bunga tinggi |
Ketika Paylater Menjadi Jerat
Kasus banyak anak muda terjebak 3–4 platform paylater sekaligus bukan hal langka. Gaji bulanan habis hanya untuk bayar cicilan barang-barang yang bahkan tidak lagi digunakan.
Pola ini sama berbahayanya seperti pinjol ilegal: menumpuk cicilan tanpa kesadaran bahwa ini adalah utang.
Tips Bijak Menggunakan Paylater
Gunakan hanya untuk kebutuhan, bukan keinginan.
Batasi 1 akun aktif paylater.
Cek total tagihan bulanan secara rutin.
Buat anggaran khusus paylater dari awal bulan.
Hindari ‘cicilan 0%’ jika barang tidak benar-benar diperlukan.
Alternatif yang Lebih Sehat
Daripada menggunakan paylater untuk hal konsumtif, lebih baik:
Mulai dana darurat
Gunakan kartu debit agar pengeluaran terasa nyata
Investasikan sebagian penghasilan agar punya cadangan
Kesimpulan
Paylater bukanlah musuh, tapi juga bukan sahabat jika disalahgunakan. Anak muda harus mulai sadar bahwa gaya hidup yang sehat tidak dibangun dari utang digital, tapi dari perencanaan dan kontrol keuangan.
1 Comment. Leave new
Pinjaman dana